Eksternalitas Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Nunukan (Studi Kasus : Pulau Sebatik) | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION
Image of Eksternalitas Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Nunukan (Studi Kasus : Pulau Sebatik)

Eksternalitas Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Nunukan (Studi Kasus : Pulau Sebatik)

Pengarang : Kurnia Sada Widyaningrum - Personal Name;

Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2016
XML Detail Export Citation
    SKRIPSI

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai dampak adanya perkebunan kelapa sawit, besarnya kesediaan membayar masyarakat dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan dan mengestimasi besarnya nilai yang bersedia dibayarkan dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan. Penelitian ini dilakukan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan. Metode yang digunakan adalah contingent valuation method (CVM), serta alat analisis yang digunakan yaitu willingness to pay (WTP) dan skala likert. Dimana WTP digunakan untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat dan skala likert digunakan untuk mengukur seberapa besar persepsi masyarakat terhadap dampak yang dirasakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak eksternalitas yang ditimbulkan dari adanya perkebunan kelapa sawit adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dirasakan adalah peningkatan pendapatan dan peningkatan perbaikan sarana dan prasarana umum seperti jalan raya. Dari hasil perhitungan menggunakan skala likert hasil indeks persen diperoleh sebesar 79,25% yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa responden merasakan dampak positif yang sangat tinggi akibat adanya perkebunan kelapa sawit. Dampak negatif perkebunan kelapa sawit adalah polusi udara dan pencemaran air. Hasil perhitungan dampak polusi udara menggunakan skala likert diperoleh hasil indeks persen sebesar 56,12% yang termasuk ke dalam kategori berdebu. Sedangkan dampak pencemaran air yang di hitung menggunakan skala likert diperoleh hasil indeks persen sebesar 52,38% termasuk ke dalam kategori tercemar. Hasil perhitungan WTP diketahui bahwa besarnya nilai total rata-rata maksimum yang bersedia dibayarkan masyarakat adalah Rp 16.275 lebih kecil dibandingkan nilai total upaya perbaikan kualitas lingkungan sebesar Rp 40.000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kesediaan membayar dan kesadaran masyarakat masih sangat kecil untuk memperbaiki kualitas lingkungan.

This study has the objective to determine the public perception of the impact of oil palm plantations, the great willingness to pay the community in efforts to improve environmental quality and estimate the value bersedian paid in efforts to improve environmental quality. This research was conducted in Sebatik Island, Nunukan. The method used is contingent valuation method (CVM), as well as an analysis tool used is wilingness to pay (WTP) and the Likert scale. Where WTP is used to determine the public's willingness to pay and the Likert scale is used to measure how much the public perception of the impact is felt. The results of this study indicate that the externalities arising from oil palm plantations are the positive impacts and negative impacts. The positive impact is felt is increased revenue and increased repair public facilities and infrastructure such as highways. From the calculation using a Likert scale results obtained indices percent at 79.25%, which fall into the category very high. These results indicate that respondents felt the positive impact of very high due to oil palm plantations. The negative impact of oil palm plantations are air pollution and water pollution. The result of the calculation of the impact of air pollution using a Likert scale results obtained index of 56.12% per cent of which belong to the category dusty. While the impact of water pollution were calculated using a Likert scale results obtained indices percent at 52.38% belong to the category polluted. The result of the calculation of WTP is known that the magnitude of the total value of the maximum average people are willing to pay Rp 16 275 is smaller than the total value of the environmental quality improvement efforts amounting to Rp 40,000. From these results it can be concluded that the willingness to pay, and public awareness is still very little to improve environmental quality.

Detail Informasi