
Perlawanan Simbolis Tokoh Perempuan Akibat Ketidakadilan Gender Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami (Kajian Kritik Sastra Feminis)
Pengarang : Muzalifah - Personal Name;
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2015XML Detail Export Citation
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perlawanan simbolis akibat ketidakadilan gender (termanifestasikan sebagai berikut: stereotip, subordinasi, marginalisasi, kekerasan dan beban kerja) dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Novel ini menarik untuk dikaji karena ada tokoh perempuan yang melakukan perlawanan terhadap budaya patriarkat yang berlaku di Indonesia. Sumber data penelitian ini adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terbitan KPG terbitan pertama Februari 2013, setebal 307 halaman. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan perlawanan simbolis tokoh perempuan akibat ketidakadilan gender yang dikaji dengan kritik sastra feminis. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah metode kualitatif Data diperoleh dengan teknik baca dan teknik catat. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini terdapat 14 perlawanan simbolis tokoh perempuan akibat 5 masalah ketidakadilan gender sehingga menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, perlawanan simbolis akibat stereotip yang berkaitan dengan pelabelan negatif meliputi: (a) perempuan dapat berani menunjukkan rasa tidak senang, (b) perempuan dapat bebas dari segala ketakutan. Kedua, perlawanan simbolis akibat subordinasi yang berkaitan dengan rendahnya peran perempuan meliputi: (a) menolak keputusan dari laki-laki yang membuat peran perempuan lebih rendah, (b)tidak merendahkan diri demi menjaga ego lelaki, (c) berani menentukan nasibnya sendiri. Ketiga, perlawanan simbolis akibat marginalisasi yang berkaitan dengan proses peminggiran atau pemiskinan perempuan meliputi: (a) menganggap laki-laki dan perempuan setara, (b) bebas membicarakan mengenai seks tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, (c) berani berpikir kritis mengenai nilai-nilai agama yang merugikan kaum perempuan Keempat, perlawanan simbolis akibat kekerasan meliputi: (a) berani melawan dengan tidak terlihat lemah, (b) berkata ketus, (c) menyelamatkan diri, (d) mengancam. Kelima, perlawanan simbolis akibat beban kerja meliputi: (a) perempuan dapat bekerja, (b) perempuan dapat memenuhi keperluannya sendiri tanpa menganggap itu sebagai beban sehingga bisa membuktikan selain melakukan pekerjaan rumah tangga, perempuan juga bisa mencari nafkah.
Tidak Tersedia Deskripsi