
Makna Yang Terkandung Dalam Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bulungan (Kajian Semiotika)
Pengarang : Cahyo Ariza Putra - Personal Name;
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2016XML Detail Export Citation
Abstract
Tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam rangkaian prosesi pernikahan adat Bulungan (kajian semiotika). Kemudian, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan pendidikan dan bahasa dalam bidang semiotika, dan dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat umum mengenai kabudayaan suku Bulungan, khususnya budaya pernikahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekam, teknik simak, dan teknik catat. Teknik analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan analisis semiotika Pierce, dengan menerapkan teori segitiga makna (Sign, Object, Interpretant). Hasil penelitian pada penulisan ini menunjukkan, pada pernikahan adat Bulungan ini telah diperoleh tujuh tahapan yang harus dilalui dalam prosesi pernikahan adat Bulungan, dan sekaligus telah diperoleh makna-makna yang terkandung didalam setiap prosesinya. Tujuh prosesi tersebut meliputi, (1) Lamaran, ngantar Jujuran, (2) Bepupur, dan Berinai (3) Ngendus Pengantin, (4) Besanding, (5) Ngendus Pengantin, (6) Ngadop, (7) Nyengkiban. Kemudian diperoleh sebuah kesimpulan bahwa pada rangkaian pernikahan adat Bulungan memiliki sebuah budaya yang sangat menarik untuk diteliti, salah satunya adalah budaya dalam pernikahan adatnya. Sangat banyak sekali makna yang terkandung didalamnya, dan juga terdapat banyak pesan moral, dan pembelajaran oleh para leluhur yang terdahulu. Namun di dalam prosesi pernikahan adat Bulungan pada saat ini, terdapat sedikit perbedaan dengan upacara pernikahan adat Bulungan yang dilaksanakan pada zaman dahulu. Adapun perbedaannya adalah, pernikahan adat Bulungan pada zaman sekarang, waktu dalam rangkaiannya dipersingkat, yang seharusnya prosesi dilakukan selama lebih dari seminggu. Sementara persamaannya adalah, sama-sama memiliki arti atau makna yang sama, hanya saja waktunya yang dipersingkat.
The purpose of this study is to describe the general meaning contained in a series of custom wedding procession Bulungan (study semiotics). Then, the research is expected to provide benefits to the development of education and language in the field of semiotics, and can provide lessons for the general public about the tribe kabudayaan Bulungan, especially the marriage culture. Data collection techniques used in this study is a recording technique, refer to the technical, and engineering notes. Data analysis technique is done by using Pierce semiotic analysis, by applying the triangular theory of meaning (Sign, Object, interpretant). The results of the study in this paper shows, the traditional marriage Bulungan has acquired seven stages that must be passed in Bulungan custom wedding procession, and also has obtained the meanings contained in each of the procession. Seven of the procession include, (1) Application, ngantar honesty, (2) Bepupur, and Berinai (3) Ngendus Bride, (4) Besanding, (5) Ngendus Bride, (6) Ngadop, (7) Nyengkiban. Then obtained a conclusion that the series of traditional marriage Bulungan has a culture that is very interesting to study, one of which is the culture in a customary marriage. Very much at all meaning contained therein, and also there are many moral messages, and learning by the ancestors earlier. But in Bulungan custom wedding procession at the moment, there is little difference with traditional wedding ceremony Bulungan held in ancient times. The difference is, custom wedding Bulungan in contemporary times, when the circuit is shortened, the procession should be done for more than a week. While the equation is, have the same meaning or the same meaning, it's just that time is shortened.