
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. J DI PUSKESMAS SEBENGKOK KOTA TARAKAN
Pengarang : Jofita Nur Cahaya - Personal Name;
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2025XML Detail Export Citation
Abstract
Data World Health Organization (WHO) mengenai kesehatan pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) secara global sekitar 712 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) 177 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2021). Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi masalah besar bagi Indonesia, karena dapat memberikan gambaran perkembangan Kesehatan dan juga sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan Kesehatan, program Pembangunan Kesehatan. Masalah dapat diatasi dengan melakukan pelayanan kebidanan komprehensif yang merupakan asuhan kebidanan yang berkesinambungan mulai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kesejahteraan ibu dan bayi serta menurunkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Asuhan Kebidanan Komprehensif dilakukan oleh penulis terhadap Ny. J G4P3A0, melakukan kunjungan Antenatal Care sebanyak 2 kali. Pada kunjungan awal kehamilan, Ny. J memiliki IMT 27 kg/m² (kategori overweight), sehingga disarankan kenaikan berat badan selama hamil berkisar 7–11,5 kg. Namun, pada usia kehamilan 36 minggu 3 hari, berat badannya naik 18,4 kg, melebihi batas yang dianjurkan. Hasil anamnesis menunjukkan penyebab utama adalah konsumsi makanan dan minuman manis. Setelah diberikan edukasi untuk membatasi konsumsi tersebut, berat badan ibu turun 1,4 kg dalam satu minggu, menandakan intervensi berjalan efektif dan pada kunjungan ulang di usia kehamilan 37 minggu 2 hari. Pemeriksaan kehamilan pada Ny. J telah dilakukan sesuai standar antenatal care (ANC) 10T. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisi kehamilan dalam batas normal, dan janin berada dalam posisi yang baik serta siap untuk persalinan. Asuhan persalinan dilakukan pada tanggal 12 Mei 2025 pukul 11.30 WITA, dengan usia kehamilan 38 minggu 1 hari. Kala I berlangsung selama 6 jam 19 menit. Selama fase ini, ditemukan tanda-tanda yang menjadi indikasi dilakukannya pemeriksaan dalam (VT), yaitu ibu merasakan dorongan seperti ingin buang air besar. Berdasarkan kondisi tersebut, pemeriksaan VT diperbolehkan dilakukan dengan interval kurang dari atau sama dengan 4 jam, meskipun pada umumnya dilakukan setiap 4 jam sekali. Kala II berlangsung selama 11 menit. Selama proses persalinan terjadi hambatan pada bahu bayi (distosia bahu), namun berhasil diatasi dengan posisi McRoberts, yaitu ibu mengangkat paha ke arah dada. Pada pukul 18.00 WITA, bayi laki-laki lahir dengan selamat dan segera dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan meletakkan bayi di dada ibu selama 1 jam. Kala III berlangsung selama 15 menit. Pada pukul 18.15 WITA, plasenta lahir secara utuh dan lengkap, serta tidak ditemukan luka laserasi pada Ny. J.dan kala IV berlangsung selama 2 jam. Selama tahap ini, kondisi ibu dipantau secara berkala, yaitu pada jam pertama setiap 15 menit sebanyak 4 kali dan pada jam kedua setiap 30 menit sebanyak 2 kali. Masa nifas Ny. J berlangsung normal, dimulai dari kunjungan 6–42 jam pada 13 Mei 2025 dan kunjungan hari ke-3 hingga ke-7 pada 17 Mei 2025. Pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi normal. Penulis hanya dapat melakukan kunjungan hingga KF2 karena masa dinas praktik berakhir pada 17 Mei 2025, sehingga tidak dapat melanjutkan ke KF3 dan KF4. Kunjungan bayi baru lahir dilakukan pada 0–6 jam (12 Mei 2025), 6–42 jam (13 Mei 2025), dan hari ke-3 sampai ke-7 (17 Mei 2025). Bayi lahir normal dengan berat 3500 gram, panjang 50 cm, tanpa komplikasi atau kelainan kongenital, serta telah dilakukan IMD. Idealnya, kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali (KN1, KN2, KN3), namun dalam praktik ini hanya dilakukan sampai KN2 karena keterbatasan waktu dinas praktik yang berakhir pada 17 Mei 2025.
World Health Organization (WHO) data on health on the achievement of Sustainable Development Goals (SDGs) targets globally around 712 women die every day due to complications during pregnancy and childbirth. The maternal mortality rate (MMR) is 177 per 100,000 live births (WHO, 2021). The high maternal mortality rate (MMR) and infant mortality rate (IMR) is a big problem for Indonesia, because it can provide an overview of health development and also as an indicator in assessing the success of health services, health development programs. Problems can be overcome by performing comprehensive midwifery services which are continuous midwifery care from pregnancy, childbirth, postpartum and newborns, so as to improve the quality of service and welfare of mothers and babies and reduce the risk of complications in mothers and babies. Comprehensive Midwifery Care was carried out by the author on Mrs. J G4P3A0, making Antenatal Care visits 2 times. At the initial pregnancy visit, Mrs. J had a BMI of 27 kg/m² (overweight category), so it was recommended that weight gain during pregnancy ranged from 7-11.5 kg. However, at 36 weeks and 3 days gestation, she gained 18.4 kg, exceeding the recommended limit. The anamnesis showed that the main cause was the consumption of sugary foods and drinks. After being educated to limit such consumption, the mother lost 1.4 kg in one week, indicating that the intervention was effective. Delivery care was carried out on May 12, 2025 at 11.30 WITA, with a gestational age of 38 weeks and 1 day. The first phase lasted for 6 hours and 19 minutes. During this phase, there were signs that indicated a deep examination (VT), namely the mother felt the urge to defecate. Based on this condition, VT examination is allowed to be performed at intervals less than or equal to 4 hours, although it is generally performed every 4 hours. Stage II lasts for 11 minutes. During the labor process, there was resistance to the baby's shoulder (shoulder dystocia), but it was successfully overcome with the McRoberts position, which is the mother lifting the thighs towards the chest. At 18.00 WITA, the baby boy was born safely and immediately initiated Early Breastfeeding (IMD) by placing the baby on the mother's chest for 1 hour. Stage III lasted for 15 minutes. At 6:15 pm, the placenta was delivered intact and complete, and no laceration wound was found on Mrs. J. and Stage IV lasted for 2 hours. During this stage, the mother's condition was monitored regularly, namely in the first hour every 15 minutes 4 times and in the second hour every 30 minutes 2 times. Mrs. J's postpartum period was normal, starting from the 6-42 hour visit on May 13, 2025 and the 3rd to 7th day visit on May 17, 2025. Physical examination showed normal condition. The author could only conduct visits up to KF2 because the practical service period ended on May 17, 2025, so she could not continue to KF3 and KF4. Newborn visits were conducted at 0-6 hours (May 12, 2025), 6-42 hours (May 13, 2025), and days 3 to 7 (May 17, 2025). The baby was born normally weighing 3500 grams, 50 cm long, without complications or congenital abnormalities, and had IMD. Ideally, neonate visits are carried out 3 times (KN1, KN2, KN3), but in this practice it was only carried out until KN2 due to the limited time of the practice service which ended on May 17, 2025.