Penerapan Terapi Musik Klasik Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION
Image of Penerapan Terapi Musik Klasik Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran

Penerapan Terapi Musik Klasik Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran

Pengarang : Andini Ayu Lestari Putri - Personal Name;

Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2025
XML Detail Export Citation
    LAPORAN STUDI KASUS


Abstract

Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang menyebabkan seseorang merasakan sesuatu yang tidak nyata. Salah satu bentuknya adalah halusinasi pendengaran, yaitu kondisi di mana individu mendengar suara atau bisikan yang tidak berasal dari sumber eksternal. Suara tersebut sering kali bersifat memerintah dan dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Penanganan halusinasi tidak hanya dilakukan dengan terapi farmakologis, namun juga dapat dilakukan melalui pendekatan nonfarmakologis. Salah satu metode nonfarmakologis yang terbukti efektif adalah terapi musik klasik. Musik klasik memiliki irama yang tenang dan menimbulkan rasa damai, sehingga dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi musik klasik dalam menurunkan tingkat halusinasi pendengaran pada klien dengan gangguan jiwa. Tiga orang klien dengan gangguan jiwa yang mengalami halusinasi pendengaran diberikan terapi musik klasik selama tiga hari. Sebelum dan sesudah terapi, dilakukan pengukuran tingkat halusinasi menggunakan Auditory Hallucination Rating Scale (AHRS). Hasil menunjukkan penurunan skor yang signifikan. Pada hari pertama, Tn. R mengalami penurunan skor dari 25 menjadi 23 (kategori berat), Tn. A dari 36 menjadi 28 (kategori sangat berat ke berat), dan Tn. N dari 34 menjadi 26 (kategori sangat berat ke berat). Pada hari kedua, Tn. R dari 25 menjadi 21 (berat ke sedang), Tn. A dari 25 menjadi 22 (berat ke sedang), dan Tn. N dari 27 menjadi 23 (kategori berat, namun tetap menunjukkan penurunan). Pada hari ketiga, Tn. R dari 13 menjadi 10 (sedang ke ringan), Tn. A dari 24 menjadi 18 (berat ke sedang), dan Tn. N dari 22 menjadi 16 (kategori sedang). Selain penurunan skor Auditory Hallucination Rating Scale (AHRS), respon emosional klien menunjukkan ketenangan dan kenyamanan setelah terapi. Hasil ini menunjukkan bahwa terapi musik klasik efektif dalam menurunkan intensitas halusinasi pendengaran dan dapat dijadikan sebagai intervensi nonfarmakologis yang mendukung pemulihan klien dengan gangguan jiwa.
Kata kunci: Halusinasi Pendengaran, Terapi Nonfarmakologis, Musik Klasik.

Hallucinations are perceptual disorders that cause an individual to perceive something unreal. This is well known as auditory hallucinations, a condition where an individual hears imaginary voices or whispers from an external source. These voices often have a commanding nature and can be dangerous to oneself or others. The management of hallucinations can be through both pharmacological therapy and non-pharmacological approaches. One effective method through a non-pharmacological method is classical music therapy. Classical music has a calm rhythm and evokes a sense of peace, thereby helping the body and mind to relax. This study aimed to determine the effectiveness of classical music therapy in reducing the level of auditory hallucinations in clients with mental disorders. Three clients with mental disorders who experienced auditory hallucinations were treated with classical music therapy for three days. Before and after the therapy, the level of hallucinations was measured using the Auditory Hallucination Rating Scale (AHRS). The results discovered a significant decrease in scores. On the first day, Mr. R experienced a decrease in score from 25 to 23 (severe category), Mr. A from 36 to 28 (very severe to severe category), and Mr. N from 34 to 26 (very severe to severe category). On the second day, Mr. R's score decreased from 25 to 21 (severe to moderate), Mr. A's score decreased from 25 to 22 (severe to moderate), and Mr. N's score decreased from 27 to 23 (severe category, but still showing a decrease). On the third day, Mr. R decreased from 13 to 10 (moderate to mild), Mr. A decreased from 24 to 18 (severe to moderate), and Mr. N decreased from 22 to 16 (moderate category). In addition to the decrease in the Auditory Hallucination Rating Scale (AHRS) scores, the clients' emotional responses showed calmness and comfort after the therapy. These results indicate that classical music therapy is effective in reducing the intensity of auditory hallucinations and can be used as a non-pharmacological intervention to support the recovery of clients with mental disorders. Keywords: Auditory Hallucinations, Non-Pharmacological Therapy, Classical Music.

Detail Informasi