
Deskripsi Pembelajaran Muatan Lokal Budaya Dan Bahasa Tidung Di Kelas II-C SDN 047 Tarakan
Pengarang : Maulandari - Personal Name;
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2025XML Detail Export Citation
Abstract
Muatan lokal adalah elemen pendidikan yang penting dalam kurikulum nasional untuk mencerminkan kearifan lokal dan mendukung pembelajaran kontekstual yang relevan dengan daerah setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran Muatan Lokal Budaya dan Bahasa Tidung di kelas II-C SDN 047 Tarakan. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif pendekatan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian yaitu guru kelas II-C (Y), guru sejawat (M), siswa suku Tidung (MS) dan siswa suku non-Tidung (MA) dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi yang menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman dengan menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penaikan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan pembelajaran, di kelas II-C telah menerapkan kurikulum merdeka namun guru masih menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) K13 karena belum ada silabus resmi dari dinas pendidikan Tarakan, keterbatasan kompetensi linguistik guru non-Tidung dalam mengajarkan muatan lokal budaya dan bahasa Tidung serta keterbatasan sumber belajar belajar yang hanya ada satu buku modul yang kurang sesuai dengan siswa kelas II-C. (2) Pelaksanaan pembelajaran, guru kelas II-C menggunakan metode pembelajaran yaitu ceramah, menirukan ucapan guru, nyanyian dan cerita rakyat tidung yang mendapatkan respon antusias dari siswa khususnya penggunaan metode bernyanyi dan cerita rakyat Tidung, namun pengelolaan kelas kurang efektif dengan siswa sering tidak fokus, sementara media pembelajaran sangat terbatas yaitu papan tulis dan satu buku modul. (3) Evaluasi pembelajaran, guru melakukan penilaian meliputi tes tulis dan lisan sederhana dengan program remedial berupa pengulangan tugas yang sama dengan tingkat keberhasilan pembelajaran kurang memuaskan dibuktikan dengan banyak siswa yang masih kesulitan karena belum lancar membaca. (4) Ketersediaan sarana dan prasarana di kelas II-C sangat terbatas dengan hanya memiliki satu buku modul yang kurang menarik, tidak ada alat peraga, kondisi ruang kelas yang becek ketika hujan yang berdampak signifikan pada efektivitas pembelajaran bahasa Tidung yang membutuhkan pendekatan visual dan manipulatif konkret.
Kata kunci : Deskriptif, muatan lokal, budaya dan bahasa Tidung
Local content is a vital element within the national curriculum, designed to reflect local wisdom and support contextual learning relevant to the regional context. This study aims to describe the learning of Tidung Culture and Language as local content in class II-C at SDN 047 Tarakan. The research employs a descriptive qualitative approach, with the subjects comprising the class II-C teacher (Y), a peer teacher (M), a Tidung student (MS), and a non-Tidung student (MA). Data collection techniques included observation, interviews, and documentation. Data analysis utilized the Miles and Huberman model, involving three stages: data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The findings indicate the following: (1) In learning planning, although class II-C is applying the Kurikulum Merdeka (Independent Curriculum), the teacher is still using the K13 (2013 Curriculum) Lesson Plan (RPP) due to the absence of an official syllabus from the Tarakan education office. Furthermore, there are limitations in the linguistic competence of the non-Tidung teacher responsible for teaching Tidung culture and language and limited learning resources, with only one inadequate module book available for second-grade students. (2) Regarding learning implementation, the class II-C teacher employed teaching methods such as lecturing, imitating the teacher's pronunciation, singing, and Tidung folklore. These methods received enthusiastic responses from students, particularly singing and Tidung folklore. However, classroom management was less effective, with students often losing focus, and learning media were highly limited to a whiteboard and the single module book. (3) For learning evaluation, the teacher conducted simple written and oral tests, with remedial activities involving repeating the same tasks. The learning success rate was unsatisfactory, evidenced by many students still struggling due to difficulties with reading fluency. (4) The availability of facilities and infrastructure in class II-C is significantly limited, possessing only one uninteresting module book and no teaching aids. Additionally, the classroom environment becomes muddy when it rains, which significantly impacts the effectiveness of Tidung language learning, a subject that requires visual and concrete manipulative approaches. Keywords: Descriptive, Local Content, Tidung Culture and Language