Pembiayaan Sektor Perdagangan Di Indonesia | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION
Image of Pembiayaan Sektor Perdagangan Di Indonesia

Pembiayaan Sektor Perdagangan Di Indonesia

Pengarang : Yulia Kartika - Personal Name;

Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2025
XML Detail Export Citation
    SKRIPSI


Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi relatif produksi di sektor perdagangan, penyerapan pembiayaan, tingkat efektivitas pembiayaan, pola pemetaan efisiensi relatif produksi dengan penyerapan pembiayaan, dan perencanaan kebutuhan kapital untuk sektor perdagangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan data sekunder dari situs web Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2018-2023 dengan alat analisis Location Quotient (LQ) yang di transformasi ke dalam rumus efisiensi relatif produksi, penyerapan pembiayaan dan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) pola pemetaan, dan perencanaan kebutuhan kapital. Hasil penelitian ini menunjukkan efisiensi relatif produksi wilayah yang memiliki nilai rata-rata yang tergolong basis adalah wilayah Jawa sebesar 1,01. Sedangkan nilai rata-rata tergolong non basis berada di wilayah Kalimantan dengan nilai sebesar 0.74. Penyerapan pembiayaan relatif wilayah yang memiliki nilai rata-rata tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara & Bali sebesar 1,76. Sedangkan nilai rata-rata terendah berada di Wilayah Kalimantan dengan nilai sebesar 1,00, namun tergolong netral. Efektivitas pembiayaan dengan nilai efektivitas terendah adalah Kawasan Sumatera dengan nilai 4,5 tergolong efektif, sementara yang tertinggi adalah kawasan Jawa dengan nilai 13,3 yang dikatakan tidak efektif. Pola pemetaan efisiensi relatif produksi dengan penyerapan pembiayaan menunjukkan bahwa provinsi yang terklasifikasi progresif inovatif adalah DKI Jakarta, dan Maluku Utara. Kemudian provinsi yang terklasifikasi gagal adalah Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Lampung,Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Papua, dan Papua Barat. Perencanaan kebutuhan kapital setiap kawasan yang ada di Indonesia tahun 2024 hingga 2030 dengan pertumbuhan 3% dibutuhkan kapital sebesar 2,959 trilliun, untuk pertumbuhan 4,5% dibutuhkan kapital sebesar 4,646 trilliun, dan untuk pertumbuhan 6% dibutuhkan kapital sebesar 6,484 trilliun.

Kata Kunci : Efisiensi,Penyerapan,Pembiayaan perbankan, Sektor Perdagangan.

This study was intended to determine the level of relative efficiency of production in the trade sector, the absorption of financing, the level of effectiveness of financing, the mapping pattern of relative efficiency of production with the absorption of financing, and the planning of capital needs for the trade sector. This research utilized a descriptive quantitative approach with secondary data from Bank Indonesia (BI) and the Central Bureau of Statistics (BPS) websites. This research used the data from 2018-2023 with the Location Quotient (LQ) analysis tool transformed into the formula of relative efficiency of production, financing absorption, and incremental capital output ratio (ICOR) mapping pattern, and capital needs planning. The result of this study indicated that the relative production efficiency of the region that had the average value classified as base was the Java region at 1.01, while the average value classified as non-base was in the Kalimantan region with a value of 0.74. The relative financing absorption of the region that had the highest average value was in the Nusa Tenggara & Bali region at 1.76, while the lowest average value was in the Kalimantan region with a value of 1.00, but it was classified as neutral. The effectiveness of financing with the lowest effectiveness value is the Sumatra region, with a value of 4.5, classified as effective, while the highest is the Java region with a value of 13.3, which is said to be ineffective. The pattern of mapping the relative efficiency of production with the absorption of financing shows that the provinces classified as innovative and progressive are DKI Jakarta and North Maluku. Then the provinces classified as failed were South Sumatra, Riau Islands, Lampung, Jambi, South Kalimantan, North Kalimantan, West Kalimantan, North Sulawesi, Central Sulawesi, West Sulawesi, Southeast Sulawesi, Gorontalo, Yogyakarta, West Java, East Nusa Tenggara, Bali, Papua, and West Papua. Planning the capital needs of each region in Indonesia from 2024 to 2030 with 3% growth requires capital of 2,959 trillion; for 4.5% growth requires capital of 4,646 trillion; and for 6% growth requires capital of 6,484 trillion. Keywords: Efficiency, Absorption, Banking Financing, Trade Sector

Detail Informasi