Pemetaan Daya Saing Dan Pertumbuhan Sektor Perdagangan Di Indonesia | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION
Image of Pemetaan Daya Saing Dan Pertumbuhan Sektor Perdagangan Di Indonesia

Pemetaan Daya Saing Dan Pertumbuhan Sektor Perdagangan Di Indonesia

Pengarang : Moh. Imam Afandi - Personal Name;

Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2024
XML Detail Export Citation
    SKRIPSI

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing dan pertumbuhan sektor perdagangan di Indonesia pada tahun 2012-2023. Penelitian ini menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), Tipologi Klassen, dan analisis Spasial. Hasil analisis menunjukkan pada analisis LQ, provinsi dengan nilai LQ tertinggi pada tahun 2012 adalah Kepulauan Riau sebesar 1.97 sementara Sumatera Utara memiliki nilai LQ terendah sebesar 0.80. Pada tahun 2015, Kepulauan Riau tetap memiliki nilai LQ tertinggi sebesar 1.90 dan Bengkulu memiliki nilai LQ terendah sebesar 0.11. Tahun 2018 menunjukkan DKI Jakarta dengan LQ tertinggi sebesar 2.56 dan Sumatera Utara tetap dengan LQ terendah sebesar 0.80. Pada tahun 2021, DKI Jakarta masih memimpin dengan LQ sebesar 2.60 sementara Sumatera Utara memiliki LQ terendah sebesar 0.64. Pada tahun 2023, Papu Bara memiliki nilai LQ tertinggi sebesar 1,87 sedangkan Jawa Timur memiliki nilai LQ terendah sebesar 0.75. Rata-rata nasional nilai LQ adalah 1.40 yang menunjukkan bahwa sektor perdagangan secara umum merupakan sektor basis di Indonesia. Berdasarkan Tipologi Klassen, pada tahun 2012-2022, DKI Jakarta berada di kuadran I namun turun pada tahun 2023 menempati kuadran III. Meskipun terjadi perubahan pada tahun 2023, DKI Jakarta tetap menunjukkan kontribusi dan pertumbuhan yang sangat tinggi terhadap sektor perdagangan nasional. Sementara itu, kuadran IV mencakup wilayah dengan pertumbuhan dan kontribusi sektor perdagangan terendah. Pada tahun 2012-2023, NTT berada di kuadran IV. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi ini memiliki kontribusi dan pertumbuhan sektor perdagangan yang sangat rendah, memerlukan perhatian khusus dalam pengembangan sektor perdagangan. Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa konsentrasi sektor perdagangan cenderung terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu seperti DKI Jakarta dan Pulau Jawa, sementara wilayah-wilayah lain seperti NTT mengalami pertumbuhan yang lambat dan kontribusi yang rendah. Disparitas ini menunjukkan perlunya strategi pengembangan yang lebih merata dan fokus pada peningkatan sektor perdagangan di wilayah-wilayah yang tertinggal.

Kata kunci : Daya Saing, Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Location Quotient, Tipologi Klassen, Spasial

The purpose of the research is to analyze the competitiveness and growth of the trade sector in Indonesia in 2012-2023. This research used Location Quotient (LQ), Klassen Typology, and Spatial analysis. The results showed that in the LQ analysis, the province with the highest LQ value in 2012 was Riau Islands at 1.97 while North Sumatra had the lowest LQ value of 0.80. In 2015, Riau Islands still had the highest LQ value of 1.90 and Bengkulu had the lowest LQ value of 0.11. In 2018, DKI Jakarta had the highest LQ of 2.56 and North Sumatra remains with the lowest LQ of 0.80. In 2021, DKI Jakarta still leads with an LQ of 2.60 while North Sumatra has the lowest LQ of 0.64. In 2023, West Papua has the highest LQ value of 1.87 while East Java has the lowest LQ value of 0.75. The national average LQ value is 1.40 which indicates that the trade sector is generally basic in Indonesia. Based on Klassen typology, DKI Jakarta was in quadrant I in 2012-2022, but dropped to quadrant III in 2023. Despite the change in 2023, DKI Jakarta still shows a very high contribution and growth to the national trade sector. Meanwhile, quadrant IV includes regions with the lowest growth and contribution to the trade sector. In 2012-2023, NTT is in quadrant IV. This shows that the province has a very low contribution and growth of the trade sector, which requires special attention in the development of the trade sector. The results of the spatial analysis show that the trade sector tends to be concentrated in certain regions, such as DKI Jakarta and Java Island, while other regions, such as NTT, experience slow growth and low contribution. This disparity suggests the need for a more equitable development strategy and a focus on improving the trade sector in lagging regions. Keywords: Competitiveness, Trade-Sector, Shifts, Region

Detail Informasi