Hubungan Faktor Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Di Wilayah Puskesmas Long Pujungan-Kalimantan Utara | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION
Image of Hubungan Faktor Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Di Wilayah Puskesmas Long Pujungan-Kalimantan Utara

Hubungan Faktor Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Di Wilayah Puskesmas Long Pujungan-Kalimantan Utara

Pengarang : Satriana Regak - Personal Name;

Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2024
XML Detail Export Citation
    SKRIPSI

Abstract

Pendahuluan : Rendahnya pemakaian KB di kabupaten malinau salah satunya di sebabkan karena factor budaya dan akses ke pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan data hasil studi pendahuluan pada Pasangan Usia Subur yang datang untuk memakai kontrasepsi ke Bidan diperoleh informasi mereka datang untuk memakai KB karena di minta oleh bidan untuk menjaga kesehatan 5 orang (25%), ibu datang ber KB setelah memiliki anak 15 orang (75%), sebelumnya belum pernah memakai KB karena dilarag suami 10 orang (50%), serta ibu lebih memilih KB suntik dan PIL karena saran dari teman dan keluarga (15 (75%). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor budaya dengan penggunaan kontrasepsi di wilayah Puskesmas Long Pujungan- Kalimantan Utara. Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Samapel pada penelitian ini adalah Wanita usia subur berjumlah 40 responden, tehnik pengambilan sampel total sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Analisis statistic menggunakan analisis bivariat Chi square. Hasil : Mayoritas ibu yang memakai kontrasepsi 40 (55,6%), mayoritas menggunakan KB Suntik 17 responden (42,5%) dan Budaya mayoritas tidak mendukung penggunaan kontrasepsi 43 (59,7%) dengan nilai p value 0,001 ( p value < 0,05 ). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara budaya dengan penggunaan kontrasepsi di wilayah Puskesmas Long Pujungan.

Kata Kunci: Budaya, Pemilihan Kontrasepsi, Wanita Usia Subur

Cultural factors and access to health services cause the low interest of family planning in Malinau. This is appropriate with data from preliminary studies on incoming couples of childbearing age to use contraception from the Midwife obtained the information they came for using birth control because the Midwife asked to maintain the health of 5 people(25%), mothers came for family planning after having had 15 children (75%), previously have never used birth control because ten husbands (50%) prohibited it, and more than mothers chose injectable birth control and PIL because of advice from friends and family (15 (75%). The research aims to determine the relationship between cultural factors and contraceptive use in the Community Health Center in Long Pujungan-Kalimantan Utara. This research is quantitative research with a cross-sectional design. The sample in this study was women of childbearing age, totaling 40 respondents, using a total sampling technique. Instruments The research used a questionnaire. Statistical analysis uses analysis of bivariate Chi-square. The majority of mothers used contraception, 40(55.6%); the majority used injectable contraception, 17 respondents (42.5%) and the majority culture does not support the use of contraception, 43 (59.7%) with a p-value of 0.001 (p-value < 0.05). There is a relationship between culture and contraceptive use in the Long Pujungan Community Health Center area. Keywords: Culture, Contraceptive Choice, Women of Childbearing Age

Detail Informasi