
Uji Penambahan Formula Oil Crab Terhadap Percepatan Moulting Dan Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau (Scylla spp.)
Pengarang : Sarmawi - Personal Name;
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2024XML Detail Export Citation
Abstract
Kepiting bakau soft crab (soka) memiliki nilai ekonomis di Kalimantan Utara. Kepiting dalam fase ini mempunyai keunggulan yaitu mempunyai cangkang yang lunak sehingga dapat dikonsumsi secara utuh.Budidaya kepiting pada fase ini menggunakan metode multilasi pada seluruh kaki jalan dan kaki renangnya. Hal ini yang menyebabkan rendahnya kelangsungan hidup kepiting dan seringnya produk tidak diterima pasar karena dianggap metode ini terlalu kejam pada hewan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efaktifitas penggunaan hormon tiroksin pada formula oil crab untuk mengantikan metode budidaya kepiting model multilasi. Penelitian ini menggunakan kepiting bakau dengan ukuran bobot 80-90 gr yang diperoleh dari nelayan yang ada di kota tarakan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penambahan formula oil crab untuk mempercepat proses ganti kulit (moulting) yang dibandingkan dengan control dengan menggunakan metode multilasi. Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi percepatan moulting, survival rate, pertumbuhan bobot mutlak dan parameter kualiatas air. Pemberian formula oil crab dengan dosis 0,2 ml memberikan hasil laju kecepatan moulting yang tercepat dibandingkan dengan control. Nilai kelangsungan hidup (SR) tertinggi diperoleh pada perlakuan A (Kontrol) multilasi sebesar 90% perlakuan B pemberian oil crab sebesar 80%. Pertumbuhan bobot badan mutlak yang terbaik didapatkan pada perlakuan B oil crab dengan bobot rata-rata yaitu 117.96 gram dibandingkan antara perlakuan A (Kontrol) mutilasi dengan bobot rata rata 91,03 gram. berdasarkan uji sidik ragam menunjukkan bahwa pertumbuhan berat badan mutlak kepiting bakau selama pemeliharaan 30 hari dengan masing masing perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (F < 0.05).
Kata Kunci: Kepiting, Moulting, Oil Crab, Multilasi
Soft-shelled mud crabs (soka) have significant economic value in North Kalimantan. Crabs in this phase have the advantage of having a soft shell, allowing for whole consumption. The cultivation of crabs in this phase typically involves the mutilation of all walking and swimming legs. This practice results in low survival rates and market rejection due to the perception of cruelty towards the animals. This study aimed to test the effectiveness of using thyroxine hormone in the oil crab formula to replace the mutilation method in crab cultivation. The study utilized mud crabs weighing 80-90 grams, sourced from fishermen in Tarakan City. The treatment involved the addition of the oil crab formula to accelerate the moulting process, with a control group using the mutilation method for comparison. The observed parameters included moulting acceleration, survival rate, absolute weight growth, and water quality parameters. The administration of 0.2 ml oil crab formula resulted in the fastest moulting rate compared to the control. The highest survival rate (SR) was achieved in the control group (mutilation) at 90%, while the oil crab formula treatment resulted in an 80% survival rate. The best absolute weight growth was observed in the oil crab formula treatment group, with an average weight of 117.96 grams, compared to the control group's average weight of 91.03 grams. Analysis of variance (ANOVA) indicated that the absolute weight growth of mud crabs over the 30-day maintenance period showed no significant differences between treatments (F < 0.05). Keywords: Crabs, Moulting, Oil Crab, Mutilation