
Pemetaan Sosial Petani Padi Sawah Di Desa Persiapan Ujang Fatimah Kabupaten Nunukan (Studi Kasus Kelompok Tani Mattirowali)
Pengarang : Kurnianti - Personal Name;
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2024XML Detail Export Citation
Abstract
Desa Binusan merupakan salah satu desa tertinggal yang ada di Kabupaten Nunukan. Desa Persiapan Ujang Fatimah merupakan pemekaran dari Desa Binusan yang 20 % wilayahnya dipergunakan dalam arti luas dengan berbagai komoditas perkebunan,pertanian,dan perikanan yang mempunyai prospek cukup baik, hal ini menggambarkan bahwa sebagian masyarakat bekerja sebagai petani. Adanya ketertinggalan tersebut menyebabkan petani ketinggalan akses dibidang pertanian menjadi terbatas, berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukannya penelitian terkait Pemetaan Sosial. Penelitian ini bertujuan untuk (1). Memetakan Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya petani padi sawah di Desa Persiapan Ujang Fatimah Kabupaten Nunukan (Studi Kasus Kelompok Tani Mattirowali), (2). Mengetahui kendala yang dihadapi petani padi sawah dalam meningkatkan kondisi sosial,ekonomi,dan budaya petani padi sawah di Desa Persiapan Ujang Fatimah Kabupaten Nunukan (Studi Kasus Kelompok Tani Mattirowali). Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode sensus dengan menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan pemprosesan data dilakukan dengan menggunakan Aplikasi Nvivo12. Hasil penelitian menemukan Pemetaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Petani dilihat dari indikator sosial yaitu jenis kelamin mayoritas laki-laki 33,3%, umur mayoritas 41-64 sebesar 67%, pendidikan dengan mayoritas SD sebesar 46,67%, lama berusaha tani mayoritas >10 tahun sebesar 70%, status kepemilikan lahan mayoritas milik sendiri sebesar 87%, jumlah tanggungan keluarga mayoritas 2-4 tanggungan keluarga sebesar 63,3%, peran kelompok tani sebagai wadah petani untuk dapat mempelajari pertanian yang efektif dan efisien. Indikator ekonomi yaitu pekerjaan di luar usaha tani dengan mayoritas petani memiliki pekerjaan selain usahatani padi sawah 56%, luas lahan rata-rata 1 Ha, produktivitas lahan petani 834,129 Kg/Ha, pendapatan mayoritas Rp.5.000.000 - Rp.10.000.000 sebesar 50%, pemasaran yang dilakukan hanya dari rumah dan harga jual beras Rp.12.000/ Kg. Dalam aspek budaya, semua petani adalah dari suku Bugis dan beragama Islam, serta terdapat kendala-kendala yang dihadapi petani, terutama terkait subsidi pupuk yang sering terlambat, serta masalah pemasaran yang minim sehingga beras produksi petani kurang laku.
Kata Kunci: Pemetaan Sosial, Petani Padi Sawah, Kelompok Tani Mattirowali
Binsusan is considered one of the underdeveloped villages in the Nunukan District. The Persiapan Ujang Fatimah Village in Binusan has 20% of its area dedicated to plantations, agriculture, and fisheries, showing great potential. It implies that some people are engaged in farming. Due to the lack of development, farmers require increased access to resources, which restricts opportunities. Hence, it is essential to carry out studies on Social Mapping. The study aimed to (1) Map the Social, Economic, and Cultural conditions of rice farmers in Persiapan Ujang Fatimah Village, Nunukan District, and (2) Identify the constraints faced by rice farmers in improving the social, economic, and cultural conditions of rice farmers in Persiapan Ujang Fatimah Village, Nunukan District. The research utilised a census method for sampling, with qualitative descriptive data analysis, and data processing was conducted using the Nvivo12 Application. The study results showed that the Social, Economic, and Cultural Mapping of Farmers seen from social indicators such as majority male at 33.3%, age 41-64 at 67%, education level primary school at 46.67%, farming experience >10 years at 70%, land ownership at 87%, family dependents 2-4 dependents at 63.3%, and the role of farmer groups as a platform for farmers to learn effective and efficient agriculture. Statistics such as off-farm employment, where most farmers work in jobs other than rice farming, land size averaging 1 Ha, farmer land productivity at 834.129 Kg/Ha, income mostly falling between Rp.5,000,000-Rp. 10,000,000, marketing activities are done from home. Rice selling price at Rp. 12,000/Kg is an important economic factor to consider. Regarding culture, all farmers are from the Bugis ethnic group and Muslim. They find challenges such as delayed fertiliser subsidies and limited marketing, leading to unsold surplus rice. Keywords: Social Mapping, Rice Farmers, Mattirowali Farmer Group