Penggunaan sumber daya pertanian secara efisien adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas pertanian sehinnga walaupun sumber daya yang terbatas, namun tetap mampu mencapai hasil produksi yang diinginkan. Covid-19 adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 dan memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa, yang dapat berlanjut pada sakit parah dan radang paru-paru (pneunomia) sehingga menyebabkan kesulitan bernafas. Wabah ini tidak hanya menyerang sektor kesehatan, namum berimbas pada sektor lainnya seperti sektor ekonomi dan sosial ekonomi masyarakat. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, mulai bulan oktober hingga desember 2021. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan di tanjung buka sp 5 kecamatan tanjung palas tengah. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive sampling di tanjung buka sp 5 kecamatan tanjung palas tengah. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : biaya usahatani cabai rawit sebelu pandemi sebesar Rp 1.037.141, dan pada saat pademi sebesar Rp 1.007.528, penerimaan sebelum pademi sebesar Rp 3.925.000 dan pada saat pandemi sebesar Rp 5.548.375, dan pendapatan yang diperoleh petani cabai rawit sebesar Rp 2.887.859 dan pada saat pandemi sebesar Rp 4.540.847.


Kata Kunci: Perbedaan, Pendapatan, Cabai Rawit

Efficient use of agricultural resources is the key to increasing agricultural productivity so that even though resources are limited, they can still achieve the desired production results. Covid-19 is a disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has symptoms similar to the common cold, which can progress to severe illness and pneumonia, causing difficulty breathing. This outbreak attacks the health sector and impacts other sectors, such as society's economic and socio-economic sectors. The research was carried out for three months, from October to December 2021. Observations and data collection were conducted in Tanjung Buka SP 5, Tanjung Palas Tengah sub-district. The research location was selected using purposive sampling in Tanjung Buka Sp 5, Tanjung Palas Tengah sub-district. Data collection methods use observation, interviews, and documentation methods. Based on the results and discussions, the cost of farming cayenne pepper before the pandemic was IDR 1,037,141, and during the pandemic, it was IDR 1,007,528. The revenue before the pandemic was DR 3,925,000; during the pandemic, it was IDR 3,925,000. DR 5,548,375, and the income earned by Cayenne pepper farmers was IDR 2,887,859, and during the pandemic, it was IDR 4,540,847. Keywords: Difference, Income, Cayenne Pepper