
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write Pada Media Pembelajaran Monosa (Monopoli Bahasa) Kepada Siswa VII SMP Negeri 12 Tarakan
Pengarang : Devi Putri Permatasari - Personal Name;
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan., 2023XML Detail Export Citation
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran think talk write pada media pembelajaran monosa (monopoli bahasa) kepada siswa kelas VII SMP Negeri 12 Tarakan pada tahun ajaran 2021/2022. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan rubrik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu juga pengambilan data diambil dari penilaian aktivitas siswa dan guru. Berdasarkan hasil penelitian rubrik kognitif siswa yang tuntas sebesar 40% sedangkan siswa yang tidak tuntas sebesar 60%. Kemudian, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81,25% yang tuntas sedangkan untuk siswa tidak tuntas sebesar 18,75%. Hal tersebut dikarenakan pada siklus I kemampuan keterampilan berbicara siswa pada teks deskripsi bagian dan penggunaan Bahasa masih kurang dan pada siklus II kemampuan keterampilan berbicara siswa bagian penggunaan Bahasa mengalami peningkatan, rubrik afektif pada siklus I untuk siswa yang tuntas sebesar 71,76% dan siswa yang tidak tuntas sebesar 28,24%, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II untuk siswa yang tuntas sebesar 93,75% dan siswa yang tidak tuntas sebesar 6,25%, hal tersebut karena pada siklus I masih banyak siswa kurang percaya diri, namun pada siklus II rubrik tersebut mengalami peningkatan.
Kata Kunci: keterampilan berbicara, hasil belajar siswa, Think Talk Write
This study aimed to describe the intrinsic elements of Punan Dayak Community folklore in Mentarang District, Malinau Regency. This research is descriptive qualitative research. The research data used in this study is the intrinsic elements of Dayak Punan folklore, and the data source is the Dayak Punan tribe in Mentarang District, Malinau Regency Data collection techniques employed observation, interviews, and documentation Data analysis was analyzing intrinsic elements and making conclusions. The findings showed that Semolon Hot Spring and Tabau Totok Cangau describe the place's origin, while Oroh Nyenginan defines an adventure. The Semolon Hot Spring possesses five places, four times, and three socio-cultural settings. The Tabau Totok Cangau holds seven places and three times settings Meanwhile, the Oroh Neginan story owns five places and three times settings. The characters in the Semolon Hot Spring gain eleven characters, Tabau Totok Cangau consists of five figures, and the characters in the Oroh Nyenginan folklore have six characters. The plot of Semolon Hot Spring and Tabau Totok Cangau apply progressive or linear plot. In contrast, Oroh Nyenginan employs a flashback plot. Keywords: Folklore, Dayak Punan, Structural