Tulisan ini akan menjelaskan mengenai status anak angkat dalam keluarga orang tua angkatnya dimana anak angkat mempunyai kedudukan yang sama dengan anak kandung sebagaimana diatur dalam staatblaat tahun 1917 nomor 129 tentang pengangkatan anak sebagai pelengkap dari kitab undang-undang hukum perdata yang menyebutkan bahwa status anak angkat sama dengan anak kandung apabila dalam kedua belah pihak dari orang tua kandung dan orang tua angkat menghadap kehadapan notaris untuk membuat akta pengangkatan anak, disamping itu pengangkatan anak dapat dilakukan dengan cara mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri untuk memperoleh kepastian hukum terhadap pengangkatan anak tersebut. oleh karena itu, anak yang diangkat secara sah melalui putusan pengadilan miliki status yang sama dengan anak kandung, baik dalam hal perawatan, pendidikan, maupun dalam kewarisan. dengan kata lain anak angkat mempunyai hak yang sama dengan anak kandung dan merupakan ahli waris yang sah dari orang tua angkatnya. setelah adanya putusan pengadilan maka hubungan keperdataan anak kandung dengan orang tua kandungnya menjadi putus dan sebaliknya ia hanya mempunyai hubungan perdata dengan orang tua angkatnya. anak angkat meskipun dia bukan ahli waris orang tua angkatnya, telah ditetapkan lembaga wasiat dalam artian bahwa sekalipun orang tua angkatnya tidak memberikan bagian kepada anak angkatnya, tetap dianggap ada wasiat wajibah kepada anak angkatnya, dan pelaksanaannya adalah dengan memberikan bagian kepada anak angkat sebanyak-banyaknya 1/3 bagian dari harta peninggalan (warisan) orang tua angkat, dan terhadap orang tua kandung ia tetap sebagai ahli waris. sedangkan menurut hukum perdata anak angkat dapat mewarisi harta warisan orang tua angkatnya sebagai ahli waris golongan i, dan terhadap warisan orang tua kandung ia tidak mewarisi lagi.

Tidak Tersedia Deskripsi