
EVALUASI KINERJA PEMBIAYAAN PERBANKAN TERHADAP PRODUKSI PERTANIAN DI INDONESIA
Pengarang : Rindiani
Perpustakaan UBT : Universitas Borneo Tarakan,2025Abstrak Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi relatif produksi, penyerapan pembiayaan perbankan, dan efektivitas pembiayaan perbankan pada sektor pertanian. penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan data sekunder hasil publikasi bank indonesia (bi) dan badan pusat statistik (bps). menggunakan alat analisis location quotient (lq) yang telah ditransformasi menjadi efisiensi relatif produksi dan penyerapan pembiayaan, incremental capital output ratio (icor), pola pemetaan, dan perencanaan kebutuhan kapital. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kawasan yang memiliki tingkat efisiensi relatif produksi tertinggi adalah kawasan sulawesi dengan nilai efisiensi 2,19 yang tergolong basis, sementara jawa menjadi satu-satunya kawasan dengan tingkat efisiensi relatif produksi dengan nilai 0,60 yang tergolong non basis. penyerapan pembiayaan perbankan untuk sektor pertanian tertinggi adalah kawasan sulawesi dengan nilai penyerapan 2,61. sementara di kawasan kalimantan penyerapannya terendah dengan nilai 1,08. analisis incremental capital output ratio (icor) kawasan dengan nilai efektif adalah bali dan nusa tenggara dengan nilai 1,1. kemudian paling tidak efektif adalah pulau jawa dengan nilai 14,9. pola pemetaan efisiensi relatif produksi dengan penyerapan pembiayaan menunjukkan provinsi yang terklasifikasi progresif inovatif adalah provinsi riau, kalimantan barat, dan maluku utara. kemudian provinsi yang terklasifikasi gagal adalah provinsi jawa timur, papua barat, dan di yogyakarta. analisis perencanaan kebutuhan kapital setiap kawasan di indonesia tahun 2024-2030 dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 3% dibutuhkan kapital sebesar 2.337 triliun. kemudian target pertumbuhan 4.5% dibutuhkan kapital sebesar 3.668 triliun sementara untuk target pertumbuhan ekonomi sebesar 6% dibutuhkan kapital sebesar 5.120 triliun. kata kunci : efisiensi, penyerapan, pembiayaan-perbankan, sektor-pertanian.
Abstrak Indonesia
This study aims to determine the relative production efficiency, banking financing absorption, and the effectiveness of banking financing in the agricultural sector in indonesia. the research employs a quantitative descriptive approach utilizing secondary data from bank indonesia (bi) and the central statistics agency (csa) publications. the analytical tools used include the location quotient (lq), which has been transformed into relative production efficiency and financing absorption measures, the incremental capital output ratio (icor), mapping patterns, and capital requirement planning. the results indicate that the region with the highest level of relative production efficiency is sulawesi, with an efficiency value of 2.19, categorized as a base sector. at the same time, java is the only region with a relative production efficiency level of 0.60, categorized as non-base. the highest banking financing absorption for the agricultural sector is also in the sulawesi region, with an absorption value of 2.61, while kalimantan exhibits the lowest absorption at 1.08. the incremental capital output ratio (icor) analysis reveals that bali and nusa tenggara are the most effective regions, with a value of 1.1. and java is the least effective, with a value of 14.9. mapping patterns of relative production efficiency and financing absorption show that riau, west kalimantan, and north maluku provinces are classified as progressively innovative. conversely, east java, west papua, and di yogyakarta provinces are classified as unsuccessful. the analysis of capital requirements for each region in indonesia from 2024 to 2030 indicates that an economic growth target of 3% requires capital of 2.337 trillion. a 4.5% growth target necessitates capital of 3.668 trillion, while a 6% economic growth target requires capital of 5.120 trillion. keywords: efficiency, absorption, banking financing, agricultural sector