Hama merupakan musuh utama bagi para petani, terkhusus para petani tanaman hortikultura dan tentu dengan meledaknya populasi hama ini akan merugikan para petani dari segi ekonomi. berdasarkan hasil identifikasi terhadap 9 jenis serangga hama pemakan daun, ulat grayak (spodoptera litura) merupakan salah satu jenis hama pemakan daun yang sangat penting dan potensial menyerang tanaman palawija dan sayuran. serangan hama serangga s.litura dapat mengakibatkan penurunan produksi bahkan kegagalan panen karena menyebabkan daun dan buah sayuran menjadi sobek, terpotong-potong dan berlubang. pestisida merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama-hama ini termasuk s.litura tetapi ternyata pestisida memiliki kekurangan seperti ketidakstabilan ekosistem, adanya residu pada hasil panen dan bahan olahannya, padahal keragaman sumber daya alam (biodiversitas) tumbuhan seperti bandotan, sirih hutan, brotowali, temulawak, biji mahkota dewa, kirinyuh, daun papaya dan masih banyak lain dapat di manfaatkan sebagai pestisida nabati. zaunia (2011) menggunakan daun c.odorata sebagai bahan pembuat biopestisida, padahal c. odorata juga tanaman yang pada umumnya memiliki bagian yang lain seperti batang, tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah batang dari c. odorata ini juga memiliki potensi yang sama untuk dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan pestisida nabati seperti halnya daun pada c. odorata. penelitian ini dilaksanakan di laboratorium lingkungan fakultas perikanan dan ilmu kelautan serta laboratorium kultur jaringan tanaman fakultas pertanian universitas borneo tarakan. penelitian menggunkan satu faktor dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan sehingga diperoleh 28 unit percobaan yang dimana perlakuan terdiri dari kontrol +, kontrol -, ekstrak batang c.odorata konsentrasi 8000,4000,2000,1000,dan 500 ppm dengan parameter pengamatan adalah aktivitas makan larva dan mortalitas larva yang kemudian dilanjutkan uji data dengan menggunakan uji lanjutan dmrt. hasil dari penelitian menunjukkan untuk parameter aktivitas makan terdapat dua persentase yang dimana untuk persentase pertama yaitu aktivitas makan larva 24 jam yang menunjukkan bahwa perlakuan yang mengalami penurunan aktivitas makan hanya terdapat pada perlakuan kontrol+ dengan bahan aktif profenofos dan p1 dengan esktrak kasar batang c. odorata konsentrasi 8000 ppm dengan masing” persentase penurunan sebesar 56% untuk kontrol + dan 13% untuk perlakuan p1. pada persentase kedua yaitu aktivitas makan larva 48 jam hal yang sama juga terjadi dimana penurunan aktivitas makan larva terjadi hanya pada perlakuan kontrol+ dan perlakuan p1 yang dimana aktivitas makan berkurang 100% untuk kontrol+ (karena larva sudah terhitung mati sebelum pemberian makan dihari kedua) dan 35% untuk perlakuan p1. parameter kedua untuk mortalitas larva, hasil menunjukkan bahwa persentase tingkat mortalitas tertinggi dalam jangka waktu 8 hari terdapat pada perlakuan kontrol + dengan persentase 100% kematian, sedangkan untuk perlakuan ekstrak kasar batang c. odorata, persentase mortalitas tertinggi terlihat pada perlakuan p1 dengan konsentrasi 8000 ppm dengan tingkat mortalitas hingga 75%, dan untuk perlakuan yang lain mengalami tingkat mortalitas yang bervariasi mengingat jumlah konsentrasi yang digunakan juga semakin kecil. sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk tingkat aktivitas makan pada perlakuan p1 dengan konsentarsi 8000 ppm mampu membuat penurunan aktivitas makan larva hingga 35% pada hari kedua lalu untuk tingkat mortalitas larva kerja perlakuan p1 dengan konsentrasi 8000 ppm sudah mampu bekerja sama baik nya dengan perlakuan kontrol+ dengan penggunaan insektisida sintetik berbahan aktif profenofos. saran dari penelitian ini tentu harusnya ada peningkatan jumlah konsentrasi dari penggunaan batang c. odorata untuk lebih menekan jumlah mortalitas larva dan perlunya ada uji lanjut lapangan untuk penggunaan pestisida nabati dengan bahan batang c. odorata.

Pests are the main enemy of the farmers, especially the horticultural cultivators and certainly with the explosion of this pest population will harm the farmers from the economic side. based on the results of identification of 9 types of leaf-eating pest insects, grayak worm (spodoptera litura) is one of the most important types of leaf-eating pests and potentially attack the crops and vegetables. insect infestation of s.litura insects can lead to decreased production and even crop failure because it causes the leaves and fruits of vegetables to be torn, cut into pieces and perforated. pesticides are one way that can be done to control these pests including s. litura but it turns out pesticides have deficiencies such as instability of ecosystems, the presence of residues on crops and processed materials, whereas the diversity of natural resources (biodiversity) of plants such as bandotan, betel forest brotowali, temulawak, crown seed of god, kirinyuh, papaya leaves and many others can be utilized as a vegetable pesticide. zaunia (2011) uses the leaves of c.odorata as a biopesticide ingredient, whereas c. odorata is also a plant that generally has other parts such as stems, the purpose of this study is to determine whether the stem of c. odorata also has the same potential to be made as a raw material in the manufacture of vegetable pesticides as well as leaves on c. odorata. this research was conducted in environmental laboratory of fisheries and marine science faculty and laboratory culture of farm faculty of university of borneo tarakan. the research used one factor with 7 treatments and 4 replications so that 28 units of experiments were obtained where the treatment consisted of control +, control -, c.odorata stem extract concentration 8000,4000,2000,1000 and 500 ppm with observation parameter was larval feeding activity and mortality of larvae which then continued the data test by using the advanced test of dmrt. the results of the study indicated that for the feeding activity parameters there were two percentages where for the first percentage the feeding activity of the 24-hour larvae showed that the treatment which decreased the feeding activity was found only in the + control treatment with the active ingredient profenofos and p1 with rough trunk extract c. odorata concentration of 8000 ppm with respectively "percentage decrease of 56% for control + and 13% for treatment p1. in the second percentage of the feeding activity of the 48-hour larvae the same thing happens where the decrease in larval feeding activity occurs only in the treatment of + control and treatment of p1 in which the feeding activity is reduced by 100% for the + control (since the larvae have been counted off before feeding the second day) and 35 % for treatment p1. the second parameter for larval mortality, the result showed that the highest percentage of mortality rate within 8 days was found in the control treatment + with percentage of 100% mortality, while for the rough extract treatment of the stem c. odorata, the highest percentage of mortality was seen in the treatment of p1 with a concentration of 8000 ppm with a mortality rate of up to 75%, and for other treatments experiencing varying mortality rates as the amount of concentration used also decreased. so it can be concluded that for the level of feeding activity on treatment p1 with konsentarsi 8000 ppm able to make decrease larvae meal activity up to 35% on second day then for mortality rate larvae treatment treatment p1 with concentration 8000 ppm have been able to work equally well with treatment + control with usage synthetic insecticides with active ingredient profenofos. suggestions from this study should be an increase in the number of concentrations of the use of stems c. odorate to further suppress the number of larval mortality and the need for further field testing for the use of plant-based pesticides with stem material c. odorata.